Poetry In Action At Mingguraya Dengan Tema "Kabut Asap Duka Bahasa Banjar Lupa Gemerisik Getar Kuriding"

Mingguraya, 24 Oktober 2014 -- Pukul 20:30 Wita
Agenda Poetry in Action bulanan di Panggung Bundar Mingguraya, mengangkat tema: “Kabut Asap Duka Bahasa Banjar Lupa Gemerisik Getar Kuriding”, yang insya Allah dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2014, pukul 20:30 s/d Selesai. Merupakan kebahagian bersama adanya partisipasi untuk pengisi acara, seperti tampilan tradisi lisan, musikalisasi puisi, baca puisi, teater (petilan), teatritikal karya sastra, monolog, dan lainnya. Terbuka untuk umum dan bersifat partisipatif.

Bulan Oktober mengingatkan pada sumpah pemuda (28/10) dan merupakan bulan bahasa, namun duka merayap lembut menyergap masyarakat Kalimantan Selatan; halimun gelap menyusup dalam udara seakan tiada bahasa pantas mengungkapkannya.

Lihatlah, Hulu Sungai Tengah menyerahkan lahan sekitar 48 hektar hanya untuk tambang gamping memenuhi kebutuhan bahan bangunan dengan mengabaikan potensi marmer dan dampak harga eksternal bermata duka dan lara. Lahan-lahan persawahan di Gambut begitu mudah berubah peruntukannya, menjadi bangunan-bangunan dengan pola pikir yang sama. Begitu juga desa-desa di Balangan harus mengalah pada pertambangan yang harganya terbatas, sedangkan desa produktif tiada terbatas, seakan bahasa yang ada adalah kuasai, kuras, dan kabur; kabut asap.

Bahasa Banjar sedang berduka, tiada mampu menahan atau membela keindahan alam dan martabat penggunanya. Gemericik masih terdengar, getar kuriding tetap dapat menembus kabut asap, tiada duka mengekang bahasa ibu, jadi adakah bahasa perlawanan yang bermartabat melalui bahasa Banjar? Badai alami pasti berlalu, badai kedukaan bahasa hanya berlalu jika di dalamnya muncul bahasa perlawanan. Puisi, di mana Anda sang bahasa Banjar?

Anda dipersilahkan mengungkapkannya lewat puisi atau penampilan teater (petilan)/monolog, atau bentuk lainnya, tentu sangat membanggakan jika Anda membacakan puisi karya Anda sendiri yang berhubungan dengan tema di atas, namun silakan membacakan puisi karya orang lain atau Anda yang menulis puisinya dan teman Anda yang membacakannya.

Penyelenggaraan kegiatan ini terlaksana atas dukungan donasi banyak pihak. Donasi atau hadiah (seperti buku) dapat diserahkan langsung pada saat acara, atau menghubungi pelaksana (Hp. 05117480441 atau 085246955352). Kegiatan bulanan ini masih mengharapkan donasi untuk menambah peralatan pendukung lainnya, seperti sound system dan penyelenggaraannya. Terima kasih kepada donatur Dewa Pahuluan dan penyumbang buku hadiah Taberi Lipani, Selvia Stiphanie, Zulfaisal Putera (Majalah Horizon), Dewa Pahuluan, dan hadian kaos Amanda Nasution, juga kudapan dari rombongan Barabai (Lapak Seni dan Sastra Dwi Warna), serta semua pihak yang telah mendukung acara pada bulan September 2014.

Bagi Anda yang berkenan membawa makanan ringan (kudapan) dipersilakan. Juga berharap sumbangan acara dari dangsanak sabarataan (sanggar/teater/kelompok/komunitas/dll) yang disesuaikan tema acara dan dikoordinasikan sebelumnya.

Kehadiran Dangsanak Sabarataan adalah puisi dan tradisi itu sendiri.

(Akademi Bangku Panjang Mingguraya)

Cc: Turut mengundang:
Dewan Kesenian Kota Banjarbaru.

Banjarbaru, 24 Oktober 2014


Sumber  : Poetry In Action At Mingguraya dan Masyarakat Sastra Kalimantan Selatan

Sebuah Ingatan

Kenapa masih di sini
Kenapa tak pergi 
“Kata dirimu”

Tak ada senyum
Tak ada air mata
“Begitu jelas di wajahmu”

Bahagia bersama-sama
Satu harapan untuk satu tujuan
“Ucap janji hati kita”

Apa dirimu lupa
Memohon doa-doa pada-Nya
“Tak ada jawab darimu”.

Selalu Mengingat Namamu

Ketika dalam kesusahan begitu dekat denganmu
Selalu menyebut namamu Ya Tuhan ku…..
Ketika dalam kebahagiaan 
Selalu ingin tetap menyebut namamu seperti berada dalam kesusahan
Jangan biarkan rasa bahagia membuat lupa padamu Ya Tuhan ku…..
Setiap hembus nafas dan detak jantung bersama mengingatmu
Selalu bersamamu…..
Selalu mengingat petunjukmu Ya Tuhan ku.

Wanita Tua Dan Anak

Di lampu merah tepat tengah keramaian kota
Suara-suara mobil dan motor mewah berhenti
Terlihat wanita tua dan anaknya
Menadahkan tangan
Memohon sedikit uang
“Tolonglah pak bu mas ! anak saya belum makan”

Di tengah-tengah keramian,toko-toko,rumah warga
Sang anak menadahkan tangan
Memohon sedikit uang
“Tolonglah pak bu mas ! saya dan ibu belum makan”
Ketika…..seseorang memberikan uang
“Ucap kata sang ibu,terimakasih dan beribu doa” 
Sebagian ada yang tak peduli
“Sang anak menundukan kepala dan berlari ketempat lain”

Duduk lah ibu dan anak di kaki lima
Sang ibu memeluk anaknya
Mata sang ibu terlihat jelas “kesedihan,rasa malu,keputusasaan”
Dan berharap kehidupan yang tak seperti ini.

Sebuah Kenangan

Apakah perlu membenci pada sebuah kenangan
Kenangan mengajarkan kita merasakan pahit dan manis
Kenangan mengajarkan kita pada sebuah peringatan yang nyata
Tuk mengenali suatu tindakan di kehidupan yang baru
Tak pantas…..saling membenci
Simpan kenangan ini…..
Agar menjadi rekan pengingat sepanjang usia…..

Ini Kehidupan

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu
Baru beberapa tahun yang lalu,aku lulus sekolah
Kini sudah bekerja dan kuliah
Bekerja…..untuk mengubah hidupku dan keluarga
Kuliah…..untuk pendidikan yang lebih baik
Sejarah hidup yang tak pernah terpikirkan
Dunia masih berputar,terimakasih Tuhan
Warna hitam yang menghiasi kepala,kini pun mulai memutih
Wajah rupawan yang pernah terlihat,kini pun mulai keriput
Pasti bisa…..membahagiakan orang tua
Dan selalu bersama di jalan Tuhan
Ucap dalam hati…..semoga tak lupa 
Mencari pahala agar dosa bisa terhapus. 

Terus Tetap Tersenyum

Haruskan hanya berdiri diam,tentu saja tidak ? dan ketika mulai pergi sendirian tak seorang pun yang memperhatikan,tak ada seorang pun yang menyadari saat menangis ? siapa yang perduli saat seperti ini,hanya Tuhan dan kedua orang tua lah.
Bukan mereka yang selalu membuat tertawa,tak tau kenapa masa-masa kehidupan berada dititik terendah,mereka seperti tak perduli. tak nampak lagi wajah sahabat-sahabat,mereka seperti bukan sahabat. 

 
oh andrian © 2014 - 2020 | All Right Reserved